Mawar di pesantren
Mentari telah tiada.Sembunyikan sinarnya di dalam gelapnya malam.Suasana pondok sangat hening.Hanya ada suara binatang malam yang menemani kesendirianku.santri yang bertugas patroli malam kini telah pergi berkeliling untuk memastikan linkungan pesantren dalam keadaan aman.Ku pandang langit-langit masjid yang menjadi atap dimana aku tidur.Semua santri terlelap dalam tidurnya.malam ini tak ada yang tahajjud.Mungkin mereka terlalu lelah seusai bekerja bakti di sawah milik pesantren.Ku putuskan untuk melihat keindahan bulan purnama di luar sana.Ku sandarkan tubuhku di samping tiang masjid.Begitu indahnya bulan purnama itu.Tiba-tiba terbayang wajah cerah seseorang.Namun aku tak tahu siapa.Aku semakin gelisah dibuatnya.Kerudung memah muda yang dikenakannya begitu memikat hati.hanya itu yang ku ingat.Sama sekali tak tersirat di fikiranku siapakah pemilik kerudung merah muda itu.
“Dil!Engga tidur?”Suara Zaki membuyarkan lamunanku.
“Oh,ana ga bisa tidur,Ki!”
“Kenapa?”Tanyanya sambil duduk disampingku.
“Ga..”aku berbohong.
“Hm..antum udah lama kan kenal ana?Masa antum engga percaya sama ana?”Protes Zaki.Memang aku dan zaki sudah lama bersahabat.Semua masallah aku ceritakan.Baik suka ataupun duka.Tapi lain halnya dengan sekarang.
“Tapi kali ini ga bisa,Ki!Afwan ya..antum terlalu suci untuk ana ceritain hal ini,”
“Fadhil...Fadhil...memangnya masalah apa,si?Pelanggaran?”
Aku menggeleng.
“Lantas?”
Aku tak menjawab.Hanya diam memandang pesona bulan purnama.kami saling diam.
“Mmm...ana tahu.antum lagi jatuh cinta,kan?’Tembak Zaki.Aku kaget.
“Ha,eng...enggak...bu...bukan.Bukan masalah itu,”aku menyangkal walau sebenarnya berat untuk berbohong.
“Antum tak usah bohong.ana tahu.Ana sudah lama kenal antum.Dan,tak biasanya antum seperti ini.Dil,jatuh cinta iitu manusiawi.cinta itu anugerah dari sang Robbi.Antum tak usah takut.Yang harus antum takuti tu jatuh dalam parit yang dibuat oleh cinta buta.Antum jangan sampai mengotori cinta yang suci dengan perbuatan yang kotor,”tutur lelaki dewasa itu.
“Hmm...jadi,enggak apa-apa nih,aku jatuh cinta?”Tanyaku memastikan.
“Ya enggak.Emangnya siapa yang kamu taksir?Anak santri putri sini?”
“Iya.Tapi ana tak tahu siapa.Yang ada di fikiran ana Cuma kerudung merah mudanya.Dan,senyum manisnya.Apa lagi,ya?Udah,deh kayaknya.”
“Hh?Berarti antum cuma jatuh cinta sama kerudungnya aja.Bukan sama orangnya.Hahaha...”Kami tertawa bersamaan.
v
Bekalku sudah habis.Saatnya pulang.Jarak rumahku tidak terlalu jauh dengan pesantren.Hanya dengan satu kali naik angkot,aku sudah bisa tiba di rumahku tercinta.
“Umi,Fadli boleh tanya sesuatu?”Tanyaku pada Umi yang tengah menjait bajuku yang sobek.
“Tanya apa,a?”jawab Umi lembut.Ia memanggiku Aa karena aku masih punya dua adik perempuan.
“Umi pernah jatuh cinta,ga?”
“Hayo...Aa lagi jatuh cinta,ya?”
“Enggak,”jawabku gugup.
“Enggak usah bohong sama Umi.Umi juga tahu.Remaja umur delapan belas tahun itu lagi seneng-senengnya sama lawan jenis.”
Asmara Umi
Bibirku tak henti-hentinya tersenyum saat mendengar ibuku bercerita tentang kehidupan asmaranya bersama ayah tempo dulu.Begitu romantisnya mereka.
Saat itu mentari bersinar terik.Seolah tak merasakan betapa lelahnya anak-anak seusai belajar.Bel menjerit bertanda jam pelajaran telah usai.Murid-murid madrasah tsanawiyah mulai berhamburan keluar.ditengah-tengah mereka,tampaklah seorang gadis cantik berumur lima belas tahun keluar dari kelasnya.seperti biasanya ia menunggu Luthfi,lelaki tampan yang selama ini menjadi dambaan hatinya.
“Zia!!”teriakan yang tak lain suara Luthfi itu membuatnya kaget.Zia segera menghampiri mobil sederhana berwarna merah milik kekasihnya itu.
Luthfi memang seorang yang sederhana.meskipun ayahnya,H.Makhsum merupakan keluarga berada,namun beliau tak memanjakan anaknya.beliau mengharuskan Luthfi hidup mandiri.dengan kekreatifannya,ia mampu mencari uang sendiri hingga kini bisa mebeli kendaraan roda empat kesayangannya yang ia sebut omang.
“Gimana belajarnya,dik?”tanya Luthfi lembut.
“Alhamdulillah.tadi aku dapat nilai seratus lo!”seru Zia kegirangan.
“Oh,ya???Luthfi terkagum-kagum.”pacarku ini selain cantik,pintar juga ya!Hehehhe...”
“Ah,kamu bisa aja.Eh,ga apa-apa nih,kamu jemput aku tiap hari???”
“Apa si yang engga buat cintaku ini....”Luthfi menggombal.Pipi Zia memerah.
v
“Hore!!!!!!!!!!!”teriakan siswa-siswi menghiasi gedung sekolah sederhana itu.Mereka senang bukan kepalang.Setelah melaksanakan ujian akhir,atau Ebtanas(sebutan saat itu),akhirnya seluruh siswa kelas tiga dinyatakan lulus.Semua siswa melampiaskannya dengan berteriak kegirangan.tak terkecuali Zia.Ia tampak kegirangan.apalagii nilai yang ia dapatkan melesat tinggi.Ia menjadi urutan pertama peraih nilai Ebtanas tertinggi.
“Umi,Abi!!!!!!!”Zia lari keluar kelas menghampiri kedua orangtuanya.
“Umi,Abi,Zia dapet juara satu!!!nilai ujian Zia paling tinggi!”Serunya sambil memeluk kedua orangtuanya dengan berlinang air mata.
“Umi,mana Luthfi?????”Tiba-tiba isak tangisnya terhenti.
“Oh,katanya Luthfi lagi kerja dulu.mungkin beberapa menit lagi dia kesini.”
Beberapa menit kemudian,si omang tampak terlihat menuju ke arah mereka berdiri.
“Gimana hasilnya,Zy?”
“Fy,aku dapat juara satu!Nilai Ebata ku paling tinggi!!”Seru Zia.
“Oh,ya???Wah,ga nyesel deh kamu pacaran ama aku..jadi ketularan pinter nih!hehehe”canda luthfi
“”Ye..siapa bilang..tuh..mereka yang bikin aku jadi begini!!”katanya sambil menunjuk kedua orang tuanya.
“Iya..eh,berarti jadi dong????”sindir Luthfi.
“Apa????”Zia penasaran.
“Ah,kamu lupa ya janjimu????habis lulus MTs,kamu janji kan mau merrid ma aku?????”Goda Luthfi.Zia tersipu malu.
Pengantin Baru
Bulan bersinar menggantung di langit.Udara tidak terlalu dingin.Angin berhembus tenang.Dunia seakan menjadi milik dua insan yang telah ditakdirkan untuk bersama.Malam itu Zia tampak anggun dengan busana pengantin kebaya berwarna putih.Tak bosan-bosannya Luthfy memandang wajah manis istrinya.Akhirnya hati dua insan itu telah disatukan dalam ikatan yang suci.Cincin sederhana berhiaskan satu permata menjadi saksi akan keabadian cinta mereka.
“Zy,kamu cantik,deh!”Puji Luthfi sambil terus memandang wajah wanita cantik itu.
“Oh,jadi kemaren aku enggak cantik??”Zia manyun.
“Mmm..kalau kemaren secantik Siti Fatimah,sekarang secantik bidadari syurga..aku ga bosen deh pandangin kamu.”
“Gombal!!Pas jadi pengantin aja muji-muji.Awas ya...kalau aku udah jadi nenek-nenek..pasti kamu enggak bakalan ngomong kaya gitu..”
“Sayang,aku menikahimu karena aku mencintaimu.Mencintai akhlakmu.Bukan hanya karena wajahmu yang cantik dan manis.Tapi juga hatimu yang begitu manis,semanis madu.Putihnya lebih putih dari kapas.Dan...perasaanmu halus.Sehalus...sutra..”Gombalnya keluar.
“Mmmm....bener???Zia melirik manja.
“Wallahi!”Luthfi meyakinkan.
”Zy...”Luthfi memanggil dengan suara yang lembut.”Mulai sekarang,kamu jangan panggil aku Luthfi ya!”
“Terus,apa dong?Luthfi tuh nama yang bagus lo!!Aku suka namanya..”
“Iya...aku tahu.Tapi kan kita sudah jadi suami istri.Masa kamu manggil aku pake nama sih...jadi gimana ya...”
“Terus,aku harus manggil kamu apa?”
“Ya....sayang ke!Atau....cinta????Heheheh...”Luthfi nyengir.
“Mm..Aa aja ya?Gimana?Bagus ga?”Tanya Zia kebingungan.
“Boleh deh!Tapi Aa manggil kamu cinta ya?”
“Mm..ia deh..boleh..”
“Makasih,cinta!”Seru Luthfi sambil mencium pipi Zia dengan cepat.Zia tersipu malu.
Titipan Ilahi
Perjalanan mengarungi samudera kehidupan diarungi bahtera rumah tangga yang di nakhodai Luthfi.Zia menjadi penumpang yang setia mengikuti kemana arah yang diinginkan sang nakhoda.Jika ada badai menerpa.Zia ikut andil dalam masalah pelayarannya.Membantu sang nakhoda yang tengah kesulitan.
Keluarga Luthfi terbilang sangat sederhana.Hanya dengan berjualan es keliling menggunakan sepeda tua yang ia beli dengan uang tabungannya, dan dengan penghasilan hanya sekitar seribu lima ratus setiap harinya,ia mampu membiayai kehidupannya yang ia jalani hanya berdua bersama istrinya.
Pagi itu ayam berkok menyambut sang fajar.Baru kali ini Zia bangun kesiangan.Biasanya ia yang menyambut fajar dengan lantunan kalam Ilahi.Baru ia akan membangunkan suaminya.Kali ini Luthfi yang membangunkan teman hidupnya.
“Cinta..bangun....”Tangan Luthfi menyentuh lembut tubuh wanita yang tertidur pulas di atas kasur berbalut sprey biru muda.
“Hmmm...”Zia menggeliat manja.”Ngantuk,a..”Lidah Zia bicara setengah bangun.
“Ngantuk?Tadi malam kan Cinta tidur cepet.Masa masih ngantuk,si?Eh,sang fajar udah menanti tuh!Subuh!”Kali ini Luthfi agak keras membangunkannya.
“Hah?”Zia terkejut.Dengan cepat ia merapikan rambutnya yang tergurai panjang menyentuh pinggulnya.
“A,maafin aku,ya!Aku bener-bener ngantuk..”Zia memelas.
“Aa udah mandi?Hari ini engga puasa,kan?Berarti Aa nyiapin teh sendiri?Aduh...kenapa ya?Maafin aku ya,A!”Kata Zia setengah menangis.
“Aduh Cinta..Engga apa-apa!Sekali-kali Aa yang nyiapin teh buat Cinta.Lagian,Aa gak tahu,mungkin tadi pagi kamu ngerjain pekerjaan rumah yang berat.Engga usah nangis!Nanti cantiknya hilang.”Bujuk Luthfi.
“Jadi engga apa-apa?Padahal dari tadi pagi aku ga ngerjain apa-apa.Aa udah mandi?Udah sholat?”
“Kalau mandi udah,tapi aa belum shalat.Kan baru adzan.Tuh!Baru adzan,kan?Makannya,aa bangunin Cinta dulu.Biar bisa shalat berjama’ah.cinta mandi dulu,gih!Biar wangi.Tapi jangan lama-lama ya,mandinya!Entar keburu matahari nongol..ya!?”
“Oke,boss!”
Seusai shalat,Zia menyiapkan sarapan untuk sang suami.Tiba-tiba perutnya terasa mual.Ternyata ia sudah telat datang bulan.
“A,aku baru ingat.Udah dua minggu aku engga haid.”
“Bener ,nih?”Luthfi setengah tak percaya mendengar ucapan istrinya.”Berarti....”Kata-katanya terputus.
“Kemungkinan besar Aa akan segera jadi ayah!Dan Cinta...kamu kan menjadi ibu!”Seru Luthfi kegirangan.
“Nanti siang,Aa gak jualan dulu,ya!Mau nemenin Cinta periksa ke dokter.Boleh,ya??”
“Iya,tapi besok aa julan lagi.kan buat anak kita nanti..
“Iya...Mmm...Cinta,boleh aa tanya sesuatu?’
“Apa?”
“Kalau cinta memang hamil,boleh engga Aa cari uang di lluar kota?Memang,dengan jualan es saja itu sudah cukup.tapi,itu kan Cuma buat kita berdua.Terus klau anak kita lahir.Apa masih cukup?”Luthfi serius.
“A,selagi itu yang menurut Aa baik,Zia nurut aja.Asalkan Aa disana ga macem-macem.”Cemburu Zia.
“Hmm!Cinta....cinta!”Tangan Luthfi mengelus pundaknya.
“Ceritanya cinta takut Aa selingkuh?Hahaha..”Luthfi tertawa kecil.
“Kenapa Aa ketawa?Ada yang lucu?”Zia manyun.
“Enggak,” Luthfi menahan tawanya.”Aduh,Aa baru tahu,si Cinta ini pencemburu juga.Ya enggak,lah.Cinta,kamulah satu-satunya wanita yang ada didalam hatiku.Jadi,gak bakalan aku sellingkuh.Insya Allah.Semoga Allah selalu menyatukan hati kita.Ya!”
“Amin!”
Kehidupan Baru di Negeri Lain
Setelah diperiksa ke dokter kandungan.Ternyata Zia telah mengandung dua bulan.Akhirnya,keputusan Luthfi untuk mencari sesuap nasi ke luar kota kini terlaksana.Meninggalkan istri tercinta yang tengah mengandung.
Untuk mengobati kerinduannya,Luthfi selalu mengirimkan surat setiap minggunnya.Ziapun selalu membalasnya.Prangko yang ia tempel di amplop suratnya,disimpan Luthfi dengan rapi pada album philatelli.
Waktu berlalu sangatlah cepat.Kini Zia telah menjadi ibu dari dua orang anak.Muhammad Azhar dan Farida Zulaiha.Umur mereka tidak terlalu jauh.Mreka tumbuh menjadi remaja awal yang disiplin dan taat.Luthfi menitipkannya pada seorang kiyai untuk dididiknya dengan baik.dan kini mereka tengah mendalami ilmu agama di pesantrennya.Usaha Luthfi yang hanya ikut bersama saudaranya berjualan di luar kota sudah cukup untuk membiayai kehidupan keluarganya meski pas-pasan.
Kini Zia tengah mengandung sembilan bulan.
Hari yang ditunggu-tunggu kini tiba juga.Zia melahirkan seorang bayi yang montok dengan rambut yang sangat tebal di kepalanya.
“Zia,anak kamu perempuan,ya?”begitulah kebanyakan orang yang melihat bayi baru itu menyanagka kalau bayi montok itu adalah bayi perempuan.
“Bukan,dia laki-laki,”jawab Zia dan Luthfi bersamaan.
“Umi,besok ada pengajian di rumah Abah.Kiyainya dari Semarang.Gimana kalau sekalian sja kita minta nama untuk anak kita ini?”Usul Luthfi.
“Wah,bagus,dong!Umi juga berharap kiyai memberi nama yang bagus untuk anak kita yang tampan ini,”Jawab Zia dengan wajah senang.
Pagi menyapa.Hari ini pengajian kiyai dari semarang akan diadakan di rumah H.Mahsum.
“Punten,Pak kiyai,sama punya cucu laki-laki baru lahir.Anak saya belum menemukan nama yang cocok.Apa kiyai bersedia memberi nama yang baik untuk cucu saya?”Pinta H.mahsum dengan sopan.
“Mm,insya Allah.dengan senang hati saya akan memberikan nama yang tebaik untuk cucu Pak Haji.Tapi mungkin saya harus istikharah dulu.Mungkin besok saya akan kasih tahu namanya.Bagaimana?”
“Bagaimana baiknya saja,Pak kiyai,”
Malam itu kiyai Wahid dari Semarang melaksanakan shalat istikharah untuk meminta petunjuk dari Allah.
“Assalamu’alaikum,”terdengar ucapan salam di telepon.
“Apa benar ini dengan Haji Mahsum?”
“Wa’alaikumsalam.Ia,saya Mahsum,”
“Pak Haji,ini saya kiyai Wahid.Tadi malam saya sudah istikharah.Dam ternyata dalam mimpi saya.Anak bapak bernama Muhmmad Fadhil Hikam.Bagaimana?”
“Wah!Nama yang bagus.Syukron katsir,Pak kiyai!”
“Ma’asysyukri.”
Semua meresa gembira dengan kelahiran Muhammad Fadhil hikam yang disapa Fadhil.
Awal Keemasan
Siang menyapa.Suasana ramai menghiasi pasar Cinta Jaya Sumedang.Luthfi pergi ke pasar membeli kain bombay.Dengan kekreatifannya,ia membuat kain penutup TV yang unik dari kain tersebut.
“Fy,kain penutup TV ini bagus sekali!Aku suka modelnya yang unik.Kamu beli dimana?Biar aku beli yang banyak,”teman Luthfi yang sedang silaturrahmi mengomentari.Luthfi hanya tersenyum.
“Loh,kunaon kalah senyum kitu?”Logat Sundanya yang kental keluar.
“Aku sendiri yang membuatnya.Iseng,ko!”
“Ah,kamu ini.Kreatif,euy!Kenapa ga buat yang banyak? Boleh buatkan untukku?”Pintanya.
“Aku Cuma iseng,ko.Aku tak punya uang untuk buat yang banyak,”Luthfi menunduk.
“Ah,tenang.Biar aku yang tanggung.Kalau begini mah kayaknya teh bakalan laku di pasar.”
Dengan modal yang diberi sahabatnya itu,Luthfi mulai merintis usaha barunya.
Waktu semakin singkat berputar.Dengan keuletannya,kini Luthfi telah memiliki segalanya.Agen yang terdiri dari saudara dekat dan tetangga tersebar di berbagai pulau di Indonesia menjual karyanya.Dengan penghasilan lebih dari seratus juta setiap bulannya,Luthfi mampu membeli segalanya.kekayaan mini telah menjadi miliknya.Ia disegani semua orang karena keramahan dan kedermawanannya.
Kini Fadhil telah meninjak masa anak-anak.Ia sekolah di SD dekat rumahnya.Ia dan kedua kakaknya menjadi anak yang berprestsi.Dengan uang yang berlimpah,Luthfi mampu memberikan fasilitas pendidikan yang cukup untuk anak-anaknya.Selain itu,perhatian Zia terhadap perkembangan prestasi mereka juga tak kalah penting.Setiap kali akhir semester,dan setiap kali mereka mendapatkan prestasi,Luthfi selalu mengajak mereka pergi jalan-jalan ke luar kota,bahkan ke luar pulau Jawa.
Hidup seorang hartaawan tak akan sempurna tanpa suatu ibadah yang suci,pergi ke rumah Allah di Mekkah.Kini waktu semakin cepat berputar.aku telah dewasa.
Saat pengajian umum,kulihat seorang santriyyat yang sedang membersihkan rumah syaikhuna.HAtiku berdebar.Apakah dia????